Pengantar
Lumpur Pemboran
(Drilling Fluid, Drilling Mud) merupakan salah satu sarana pentingdalam
operasi pemboran sumur-sumur minyak dan gas bumi untuk mencapai target
yangdirencaanakan. Ia berupa larutan (suspensi) berbagai bahan kimia dan
mineral didalam air atau minyak dengan
komposisi tertentu, sehingga nampak seperti lumpur dan karena itudiberi
nama lumpur pemboran. Lumpur bor ini bekerja dengan jalan disirkulasikan
meng-gunakan pompa lumpur (Mud Pump) yang kuat, masuk kedasar lubang melalui
pipa bor dan naik kepermukaan melalui annulus (ruang antara pipa bor dan
dinding sumur) sambilmembawa tahi bor (cuttings). Dipermukaan terdaapat
tangki-tangki pengendap dan alat-alat
pemisah (Solid Control Equipment) untuk memisahkan dan membersihkan
lumpur dari cuttings, untuk kemudian disrkulasikan kembali kedalam lubang
bor. Tekanan dari pompa oleh lumpur ditransformasikan menjadi
energi hydraulik yang dipakai untuk men- jalankan
fungsi fungsi external seperti mengankut cutting, membersihkan bit,
memutar mud motor dalam pemboran berarah. Disamping itu lumpur juga
memiliki potensi energiyang berasal dari
bahan-bahan kimia dan mineral yang dikandungnya (potensi fisiko-kimia) untuk
menjalankan fungsi internal seperti menigkatkan kekentalan, berat jenis(tekanan hydrostatis), enkapsulasi (mencegah
disinegrasi), gel strength (mencegah pengendapan cutting) dsb.
Cutting/kotoran
harus diangkat dan dibersihkan dari dasar lubang bor agar mata bor beserta
rangkaiannya tidak terjepit akibat penumpukan cutting di dalam lubang. Kemudian
cutting tersebut akan diendapkan di settling sump atau bak pengendapan Lumpur
yang ada (dibuat) di permukaan tanah.
2.
Mendinginkan mata bor/bit.
Salah
satu effect dari putaran dan tekanan yang dialami mata bor adalah terjadinya
panas. Jika tidak ada pendingin, maka mata bor akan terbakar.
3.
Meminimalkan gesekan antara pipa bor
dengan dinding lubang bor.
Lumpur pemboran mengisi lubang annulus, yaitu
ruangan antara rangkaian pipa bor dengan dinding lubang. Jadi lumpur akan
berfungsi sebagai lubrikasi atau pelumas sehingga mengurangi gesekan antara
pipa dengan dinding lubang bor.
4.
Menahan dinding lubang bor agar
tidak runtuh.
Agar dinding lubang bor tidak runtuh maka
tekanan lubang bor harus lebih besar dari pada tekanan formasi. Jika tekanan
dari formasi lebih besar dari tekanan lubang bor, maka dinding lubang bor akan
runtuh (collapse). Lumpur pemboran akan menjaga agar tekanan lubang bor lebih
besar dari tekanan formasi.
5.
Sebagai media informasi.
Dari sirkulasi & cutting yang keluar, kita
bisa mengetahui formasi batuan yang dibor.
6.
Menahan cutting agar tidak mengendap
ke dasar lubang bor ketika sirkulasi berhenti.
Pada saat sirkulasi berhenti, misalnya saat
mengambil inner tube atau menyambung pipa maka Lumpur pemboran akan
menahan/menghambat pengendapan kembali kotoran/cutting ke dasar lubang bor.
Kecepatan pengendapan cutting ini tergantung dari kekentalan lumpur pemboran,
berat jenis cutting dan besar butir cutting tersebut.
Karakeristik
Lumpur Bor
Berbagai
aditif sengaja ditambahkan kedalam lumpur untuk menghasilkan
karakteristik (properties) tertentu yang diperlukan untuk menjalankan
fungsinya. Lumpur bor harus bersifat thixotropis yaitu bersifat encer
(cair) bila diaduk atau dipompa dan bila adukan/ pompa berhenti lumpur
akan membentuk sifat seperti agar-agar (gel). Sifat ini diperlukankalau
sirkulasi terhenti karena kerusakan pompa misalnya, cuttings tetap tersangga
tidak turun kedasar sumur dan meyebabkan pipa terjepit.Karakteristik utama
lumpur yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya adalah MudWeight (berat
jenis) yang akan memberikan tekanan hydostatis kepada lumpur yang
di- perlukan untuk mengimbangi tekanan formasi agar tidak terjadi blow-out
ataupun hilangsirkulasi. Untuk itulah ditambahkan Barit sebagai bahan pemberat
(weighting materials).Lumpur pemboran juga mempunyai karakeristik filtrasi
tertentu dimana bila ia kontak dengan dinding lubang bor sebagian air dari
lumpur tersebut akan tersaring menembusdinding tersebut, sedangkan partikel
partikel padatnya akan membentuk lapisan tipis(filter cake) yang menempel pada
dinding lubang dan mencegah filtrat menembus lebih jauh kedalam formasi.
Ini berguna agar dinding lubang tidak mudah gugur karena
proses pembasahan.Kekentalan (viscositas ) juga harus dimiliki ole lumpur
bor agar ia mampu mengangkutcutting kepermukaan. Gel strength juga merupakan
karakteristik lumpur yang pentingyang mempengaruhi kemampuan membersihkan
lubang dan mencegah pengendapandrill cuttings kedasar lubang.Kadar padatan
(solid content) terutama yang bersifat bentonitik (clay solids) yang
berasaldari cutting yang terdispersi kedalam lumpur sangat berpengaruh terhadap
kecepatan pemboran, pemakaian pahat, serta waktu pemboran. Solid content
secara keseluruhankecuali memperlamabat kecepatan bor, juga merangsang
terjadinya jepitan pipa,menaikkan berat jenis yang tidak perlu serta menyebabkan
kerusakaan pada formasi.Itulah sebabnya peralatan pebbersih (solim control
equipment) seperti shale shaker,desander, desilter harus berfungsi maksimal
agar program lumpur dapat berhasil.Dengan kata lain lumpur bor harus memiliki
sifat alir (rheologi) dan filtrasi yangdibutuhkan untuk menjalankan fungsinya.
Sesuai dengan lithologi dan
stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan, sertatujuan pemboran yang
berbeda-beda (eksplorasi, pengembangan, kerja ulang) kitamengenal type/ sistim
lumput yang berbeda-beda pula.seperti:
1. Sistim Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed).Termasuk
diantaranya lumpur tajak untuk permukaan dan sumur dangkal dengantreatment yang
sangat terbatas.
2.
Sistim Lumpur
Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat
jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur
perludidispersikan menggunakan dispersant seperti senyawa Lignosulfonat,
Ligniteserta Tannin
3.
Lime Mud
(Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ion-ionCalcium
untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena me-nyerap air.
4.
Sistim Lumpur
Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi
pembasahan formasi oleh air.
5.
Sistim Lumpur
Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti PolyAcrylate,
Xanthan Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegahterlarutnya
cuttings kedalam lumpur bor. Sistim ini dapat ditingkatkan kemam- puannya
dengan menambahkan daram KCl atau NaCl, sehingga sistim ini disebutSalt Polymer
System.
6.
Oil Base Mud.
Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air,digunakan
sistim lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut.Bahan-bahan kimia
yang dipakai haruslah dapat larut atau kompatibel denganminyak., berbeda dengan
bahan kimia yang larut dalam air. Sistim Lumpur iniSistim Lumpur ini sangat
handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhutinggi, akan tetapi kecuali
mahal juga kurang ramah lingkungan.
7. Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar
jenis ester, ether, dan poly alha olefin, untuk
menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini sekwaalitas dengan
Oil Based Mud, ramah lingkungan, akan tetapi dianggapteralu mahal.
Bahan
Kimia Lumpur
Seperti kita ketahui, berbagai
aditif berupa bahan kimia (baik yang diproduksi khususuntuk keperluan lumpur
pemboran maupun bahan kimia umum) dan mineral dibutuhkanuntuk memberikan
karakeristik pada lumpur pemboran. Bahan-bahan tesebut dapatdiklasifikasi
sebagai berikut:
1.
Viscosifiers
(bahan pengental) seperti Bentonite, CMC, Attapulgite dan polymer
2.
Weighting
Materials (Pemberat): Barite, Calcium Carbonate, Garam2 terlarut.
3.
Thinners
(Pengencer): Phosphates, Lignosulfonate, Lignite, Poly Acrylate
4.
Filtrat
Reducers : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, Dispersant
5.
Lost Circulation
Materials : Granular, Flake, Fibrous, Slurries
6.
Aditif Khusus:
Flocculant, Corrosion Control, Defoamer, pH Control, Lubricant
Majalah World Oil setiap beberapa
sekali tahun menerbitkan edisi khusus “DrillingFluids Products Files” yang
memuat nama perusahaan, nama bahan kimia lumpur yangdiproduksi serta fungsinya
masing-masing dari seluruh Dunia. Dalam Edisi tahun 2000tercatat lebih dari 100
perusahaan dengan ribuan merk dagang produk-produknya.Di Indonesia sebagian
produk-produk itu diimport dan sebagian diproduksi dalam negeri.
Nampak dari
uraian diatas bahwa untuk membuat program, formulasi serta pengelolaanserta evaluasi performance lumpur pemboran diperlukan
pengetahuan dan keahliantersendiri.
Mud Engineering
adalah keahlian rekayasa dibidang lumpur pemboran yang berbasisilmu-ilmu
geologi, kimia, mekanikan fluida dan perminyakan. Cabang Engineering initelah
tumbuh bersama dengan keahlian-keahlian lain dalam industri pemboran
minyak dan gas bumi dan proses alih teknologinya
ke Indonesia sudah berjaalan sejak tahun tujuh puluhan.
Disamping harus merekrut dan mendidik Mud Engineers, prusahaan
lumpur juga harus memiliki laboratorium baik untuk penyiapan program
lumpur menggunakan pilot testing, monitoring kwalitas lumpur dilapangan
maupun untuk meneliti kwalitas produk-produk yang akan dipakai.Pengetahuan tentang lumpur pemboran bukan hanya
harus dikuasai oleh perusahaanLumpur (Service Company) tetapi juga oleh
Oil Company serta Drilling Contractor. Perludiketahui
bahwa meskipun Mud Company memiliki tangggung jawab yang besar, peralatan seperti Mud Pump, Solid Control
Equipment adalah milik dan dioperasikanoleh Drilling Contractor. Program
Lumpur dapat gagal apabila kedua pihak tersebut tidak memberikan kerjasama
yang cukup.
Biaya
Lumpur (Mud Cost)
Dibandingkan dengan jumlah biaya
keseluruhan sebuah sumur, biaya lumpur hanyalah berkisar sekitar 8 – 10%.
Biaya-biaya lain diantaranya:Sewa Menara Bor (Rig RentalCost), Pemakaian Pahat
(Bit Cost), Pemakaian Pipa Serubumbung (Casing & TubingCost), Biaya Semen
(Cementing Cost), Logging Cost dsb. Namun demikian lumpur dapat memberikan
pengaruh sampai 60 – 70% terhadap jumlah biaya tersebut. Formulasi dan
penanganan lumpur yang tidak benar dapat mengakibatkan biaya keseluruhan
membengkak. Sebagai contoh, kadar padatan (solid content) yang
tak terkontrol menyebabkan kendala-kendala sbb:
1. Merangsang terjadinya stuck pipe (pipa terjepit) sehingga
operasi pemboranterhenti dan Rig Rental Cost naik
ditambah biaya melepasken jepitan,
2.
Berat jenis
Lumpur naik melebihi yang diperlukan, kemungkinan terjadi lostcirculation
yang juga akan menghentikan pemboran, menaikkan Rig Costditambah biaya
pengatasannya makan yang cukup besar.
3.
Kecepatan
pemboran rendah, biaya pemakaian pahat (bit Cost) naik.
Performance
Lumpur yang rendah bahkan dapat berakibat fatal, misalnya bila sampaiterjadi
blow-out, atau pori-pori formasi tersumbat sehingga sumur tidak dapat
diproduksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar